Sejarah Offside Dalam Permainan Sepakbola-Sejarah dan asal usul peraturan offside dalam sepak bola ternyata cukup
panjang dan tidak sesederhana seperti yang kita bayangkan. Jika tim
favorit kita berhasil membobol gawang lawan rasanya senang sekali
walaupun itu offside, sang hakim garis pun tahu dan akhirnya wasit
menyatakan gol tidak sah, akhirnya penonton pun hanya bisa kecewa dan
memaki wasit. Nah apa dan bagaimana sebenarnya offside dalam sepak bola
itu, berikut ini sejarahnya.
Asal-usul istilah ‘offside’
Istilah ‘offside’ diambil dari dunia militer. Dalam militer dikenal
istilah ‘off the strenght of his side’, yang berarti status bebas tugas.
Ketika seorang tentara dibebastugaskan, dia tidak akan mendapat
keistimewaan dan gaji seperti biasanya. Prinsip tersebut digunakan dalam
sepakbola. Ketika seorang pemain berada dalam posisi offside, berarti
dia dibebastugaskan alias terlepas dari permainan. Dalam hal ini, yang
terjadi adalah sebuah pelanggaran.
Sejarah aturan offside
Catatan sejarah menunjukkan, Inggris telah menerapkan aturan offside
sejak tahun 1800an. Peraturan ini diadopsi dari olahraga rugby yang juga
cukup populer di sana. Konsepnya sama, melarang seorang pemain hanya
diam menunggu umpan di depan gawang musuh.
Peraturan
offside pertama kali diperkenalkan oleh sebuah klub profesional pada
tahun 1985. Klub tersebut adalah Sheffield FC. Sheffield membuat aturan
yang melarang seorang penyerang berdiri di dekat gawang lawan. Jika
penyerang tersebut menerima umpan dari temannya, maka dia berada dalam
posisi offside.
Namun pada masa itu peraturan ini masih bias dan kurang jelas. Muncul
banyak perbedaan pendapat tentang aturan offside. Hingga akhirnya
Universitas Cambridge mencoba menyatukan berbagai versi dalam sebuah
rumusan peraturan baku. Aturan baku ini diterima dan menjadi pegangan
pada masa itu. Aturannya cukup unik dan dikenal sebagai peraturan “tiga
pemain belakang”. Dalam peraturan ini seorang penyerang sudah dinyatakan
offside meskipun di depannya masih ada tiga pemain belakang lawan,
termasuk kiper! Wew..
Ketika FIFA mulai didirikan pada tahun 1904, seluruh peraturan sepakbola
termasuk offside mulai dipikirkan secara serius. Asosiasi sepakbola
Skotlandia mengusulkan untuk mengganti aturan “tiga pemain belakang”
dengan hanya dua pemain belakang. Seorang penyerang dikatakan offside
jika hanya ada dua pemain belakang lawan yang berdiri di antara dia dan
gawang musuh.
Perubahan peraturan ini diberlakukan sejak tahun 1925, dan menghasilkan
permainan yang lebih atraktif. Karena peluang terjadinya offside lebih
kecil, gol yang tercipta pun menjadi lebih banyak.
Peraturan offside telah memicu terjadinya perubahan pola dan gaya
permainan. Setiap pelatih dipaksa berpikir keras untuk menaklukkan
aturan offside dalam menyerang dan menjadikannya sebuah perangkap jitu
dalam pertahanan. Agak lucu jika mengingat pada masa itu pola 2-3-5
menjadi sangat populer. Posisi sweeper pun kemudian dimunculkan untuk
menghalau umpan-umpan terobosan lawan yang berpotensi lolos dari jebakan
offside.
Pada tahun 1990, peraturan offside kembali direvisi. Seorang penyerang
tidak lagi offside jika dia berada dalam posisi sejajar dengan
setidaknya dua pemain belakang terakhir tim lawan (termasuk kiper).
Aturan ini mulai diterapkan pada Piala Dunia 1990 di Italia.
Pada tahun 2003, FIFA membuat tambahan peraturan tentang offside yang
lebih lunak. Ketika seorang penyerang berada dalam posisi offside, belum
tentu akan dinyatakan offside. Sebelumnya hal ini memang bisa terjadi
dalam situasi tendangan gawang, tendangan sudut, lemparan ke dalam, dan
ketika pemain berada di separuh wilayah lapangan timnya sendiri. Namun
FIFA menambahkan pasal baru, seorang pemain bisa dinyatakan tidak
offside jika dia tidak terlibat aktif dalam permainan.
(bodrexcaem.blogspot.com)
0 comments:
Post a Comment